Kamu tahu, nak? Ibu melahirkanmu tepat di tanggal itu. Tanggal spesial yang akan ibu ingat, sampai ingatan ibu kelak akan terkikis karena termakan oleh waktu.
Awalnya, ibu tak bisa menerima kehadiranmu di dalam perut ibu. Ibu bingung, dan bertanya-tanya. Apakah memang ibu sedang hamil? Apakah memang ada makhluk lain di tubuh ibu? Dan kau tahu, nak? Ibu juga seorang wanita. Ibu takut kehilangan bentuk tubuh ibu. Menjadi gemuk, menjadi tak cantik lagi. Ibu merasa mual, tidak enak badan, dan seringkali pusing. Ibu berusaha bertanya kesana kemari, ke tetangga, ke orangtua ibu, dan tentu saja ke bidan. Apakah ibu benar-benar hamil?
Perut ibu masih kecil. Ibu belum benar-benar merasa yakin bahwa memang ada kamu disini, nak. Sampai waktu terus berjalan dengan cukup lambat. Dan ibu akhirnya tahu, kamu ada di dalam sini. Disitu hangat, nak? Ibu berharap, ibu selalu bisa menghangatkanmu. Meski ibu tak bisa memegang tangan kecilmu secara langsung. Meski ibu tak bisa mengecup dahi, pipi, dan bibir mungilmu. Meski ibu tak bisa melihat mata bundarmu. Tapi ibu mulai sadar, kamu memang ada disini, nak. Ibu mulai bisa menerima kehadiranmu. Menerima kenyataan bahwa ibu sedang hamil. Ibu tak takut lagi bahwa ibu akan kehilangan bentuk tubuh. Toh, ketika ibu menjadi gemuk karena kehamilan, masih ada banyak usaha agar tubuh ibu bisa kembali ke bentuk semula, tentunya setelah melahirkan nanti. Dan sekarang ibu tahu, kamu adalah harta paling berharga yang ibu punya. Ibu berjanji akan melahirkanmu ke dunia. Memberikanmu kesempatan untuk menangis, tertawa, dan tersenyum.
Kamu sedang riang gembira, nak? Ibu bisa merasakan gerakan-gerakan kecilmu. Setiap tendangan kaki dan tanganmu. Dan kata bidan, denyut jantungmu sudah terdengar, nak. Ah ya, Tuhan. Ada bayi kecil di perut ibu. Ibu mulai mengajakmu berbincang-bincang. Mengelus-elusmu dari luar perut ibu. Kadang, ibu harus merepotkan ayahmu demi memenuhi keinginan ibu saat hamil ini. Ibu menyusahkan sekali ya? Ketika ibu bertanya seperti itu, ayahmu hanya tersenyum dan menganggukkan kepala berkali-kali. Ayahmu pun tertawa. Ibu ikut tertawa. ‘Dasar ayaah...’ Ayah menggoda ibu, dan ibupun mencubit kecil lengannya. Ah, anakku, bahkan sebelum kamu lahir, sudah mampu membuat kami tertawa renyah seperti ini.
Bulan demi bulan sampai tidak terasa. Lihat, perut ibu sudah mulai besar. Ini adalah bulan-bulan terakhir sebelum ibu melahirkanmu. Ibu mulai susah beraktifitas. Harus banyak-banyak istirahat. Disuruh makan ini itu, biar bisa mengurangi mual yang ibu rasakan. Berat badan ibu juga bertambah. Melonjak drastis malah. Tapi biarlah, bukankah setelah melahirkan nanti berat badan ibu juga akan turun? Yang paling penting bagi ibu adalah kesehatanmu, nak. Karena ibu berjanji akan memberimu kesempatan untuk melihat dunia. Ibu ingin melihat kamu bermain, berlarian, belajar, dan masih banyak hal lagi yang bisa kamu lakukan. Ya, seperti anak-anak yang lain.
Anakku, ibu ingin menggendongmu dalam pelukan ibu, nak. Ibu ingin.
Hari ini, adalah empat hari sebelum perkiraan hari kelahiranmu, nak. Ibu sudah tidak sabar ingin melahirkanmu. Rasanya, ibu ingin buru-buru sampai di hari itu. Tapi, nak. Ada perasaan khawatir pada, ibu. Ibu takut, jika sesuatu yang buruk terjadi. Ibu takut, bentuk tubuhmu tak sempurna seperti anak-anak yang lain. Namun, bidan yang baik itu mengatakan pada ibu, bahwa berdasarkan hasil USG tidak terlihat ada gangguan apapun. Ibu bersyukur, tapi ibu masih khawatir. Dan bidan itu masih berusaha meyakinkan pada ibu, bahwa ibu harus berpikiran positif dan banyak-banyak berdoa. Maafkan ibu, nak. Pikiran ibu sedikit kalut. Ada rasa takut, khawatir, dan gundah. Ini tinggal beberapa hari lagi, nak. Maafkan ibu yang belum bisa menjernihkan pikiran ibu dengan baik. Ibu hanya khawatir, nak. Hanya itu.
Tepat di tengah malam itu, ayahmu tergopoh-gopoh membawa ibu pergi ke bidan. Ibu sudah merasakan nyeri perut yang memuncak. Sakit, nak. Tapi ibu membayangkan wajah kecilmu, sehingga ibu bisa tetap kuat menghadapi rasa sakit yang mungkin belum ada apa-apanya ini. Ayahmu mengketuk-ketuk rumah bidan itu. Ibu berteriak tak karuan. Meminta segera melahirkan.
Malam itu, bu bidan menolong ibu untuk melahirkanmu ke dunia. Menolong ibu untuk membuat kamu merasakan udara dunia. Ah, nak. Andai kamu tahu, bagaimana setiap detail proses persalinan itu. Ketika perlahan-lahan ibu harus mengeluarkanmu turun dari kandungan (rahim) ibu. Andai kau tahu, nak. Rasa sakit itu bahkan tidak bisa ibu jelaskan dengan baik. Kamu mungkin tak akan bisa merasakannya, sebelum kamu benar-benar mengalaminya. Sungguh, nak. Ibu merasa berada di titik pertengahan antara hidup dan mati. Ibu tak pernah merasakan kematian yang sedekat ini.
Tapi ibu tak peduli lagi. Karena ibu telah berjanji melahirkanmu disini. Ibu ingin membawamu ke tempat-tempat yang menakjubkan. Ibu ingin mengenalkanmu pada Tuhan ibu. Ibu ingin kamu menangis, tertawa, dan tersenyum. Ibu ingin melihatmu tumbuh menjadi dewasa.
Sungguh, nak. Kamu adalah hadiah terindah bagi ibu. Ketika ibu harus berbagi makanan denganmu saat kamu masih di dalam perut ibu. Ketika ibu berbincang-bincang kecil denganmu. Ketika ibu harus menjaga diri ibu dengan baik, karena ibu ingat bahwa ada makhluk kecil di dalam perut ibu.
Lihat, setelah berjam-jam, setelah ibu berjuang antara hidup dan mati, dan setelah semuanya, suara tangis kecil itu akhirnya terdengar. Setelah melewati masa-masa sulit itu. Setelah melewati sakitnya proses melahirkan itu. Ya, setelah semuanya. Ibu akhirnya telah membuktikan janji ibu, bahwa ibu akan melahirkanmu ke dunia.
Ibu sangat bahagia melihat kehadiranmu. Memandangmu penuh dengan harapan-harapan masa depan. Memandangmu penuh dengan keinginan-keinginan baik.
Anakku, kamu mau berjanji pada ibu?
Berjanjilah, nak. Rasa sakit, marah, kecewa, sedih... tak akan pernah menghalangimu untuk menjadi manusia yang hatinya akan selalu kuat dan tegar. Dan rasa malas, nak, jangan pernah biarkan hal itu membelenggumu kuat-kuat. Biarkan ibu sempat melihatmu menjadi anak yang bertanggungjawab, pantang menyerah, dan selalu bekerja keras untuk setiap impian-impiannya. Dan berjanjilah, nak, suatu hari nanti temui ibu di Surga. Kamu mau berjanji?
Ah, anakku. Kamu masih ingin tahu bagaimana rasanya melahirkan, nak? Maafkan ibu... ibu hanya bisa bilang, sangat sakit, nak. Sangat sakit sekali.
Ah, andai kamu tahu rasa sakit itu, nak.
EmoticonEmoticon