Saturday, 22 August 2015

Pagi Belum Matang

Puisi

Secangkir kopi yang masih kuingat sebagai pengantar senyum saat
bercanda dengan pahitnya seperti ditertawakan oleh pisah yang ranum

Seketika malam menjadi setengah gontai
bulan tergantung begitu saja di langit kamar
ketika merah wajahmu menjadi anggur
yang menanggung mabukku

Dingin menjelma bahasa hening yang diburu para penyair
kepulangan masih jauh
menunggu matangnya pagi yang masih disusun matahari
Aroma kopi dan asap rokok, mustahil membuatku lupa
pada lembut keningmu yang kukecup di satu senja

Masihkah kau membenci ruak aroma kopi yang keluar dari liurku?
masihkah kau akan kembali seramai dahulu, memarahiku untuk mencuci sisa-sisa tubruk kopi?
Detak memejam tanpa cumbu, diiringi halimun menetes dalam paru-paru


Warung Mbah Cokro, 17 Mei 2015
Puisi bersama oleh: Masni, Ucup, Maspen, Ajier

from : http://kotajancuk.com/pagi-belum-matang


EmoticonEmoticon