Puisi
Secangkir kopi yang masih kuingat sebagai pengantar senyum saat
bercanda dengan pahitnya seperti ditertawakan oleh pisah yang ranum
Seketika malam menjadi setengah gontai
bulan tergantung begitu saja di langit kamar
ketika merah wajahmu menjadi anggur
yang menanggung mabukku
Dingin menjelma bahasa hening yang diburu para penyair
kepulangan masih jauh
menunggu matangnya pagi yang masih disusun matahari
Aroma kopi dan asap rokok, mustahil membuatku lupa
pada lembut keningmu yang kukecup di satu senja
Masihkah kau membenci ruak aroma kopi yang keluar dari liurku?
masihkah kau akan kembali seramai dahulu, memarahiku untuk mencuci sisa-sisa tubruk kopi?
Detak memejam tanpa cumbu, diiringi halimun menetes dalam paru-paru
Warung Mbah Cokro, 17 Mei 2015
Puisi bersama oleh: Masni, Ucup, Maspen, Ajier
from : http://kotajancuk.com/pagi-belum-matang
EmoticonEmoticon